Senin, 02 Mei 2011

kasodo: persembahan untuk keselamatan, kepada Yang Maha Esa




Bromo mempunyai pesona alam yang sangat luar biasa, tidak akan pernah habis kekaguman kita oleh pemandangan alam yang indah. Gunung Bromo berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Brahma atau seorang dewa yang utama, Gunung Bromo ini merupakan gunung yang masih aktif dan objek pariwisata yang sangat terkenal di wilayah Jawa Timur. Gunung bromo mempunyai ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut
Selain itu juga Suku Tengger memiliki daya tarik yang luar biasa karena mereka sangat berpegang teguh pada adat istiadat dan budaya yang menjadi pedoman hidupnya. Konon Suku Tengger adalah keturunan Roro Anteng (putri Raja Majapahit) dan Joko Seger (putera Brahmana







Sejak zaman Majapahit konon wilayah yang mereka huni adalah tempat suci, karena mereka dianggap abdi-abdi Kerajaan Majapahit. Sampai saat ini mereka masih menganut agama Hindu, setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara yadnya Kasada. Upacara ini berlokasi di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo. Dan setelah itu dilanjutkan ke puncak Gunung Bromo. Upacara dilakukan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama di bulan Kasodo menurut penanggalan jawa.
Pada malam ke-14 Bulan Kasada Masyarakat Tengger penganut Agama Hindu (Budha Mahayana menurut Parisada Hindu Jawa Timur) berbondong-bondong menuju puncak Gunung Bromo, dengan membawa ongkek yang berisi sesaji dari berbagai hasil pertanian, ternak dan sebagainya, lalu dilemparkan ke kawah Gunung Bromo sebagai sesaji kepada Dewa Bromo yang dipercayainya bersemayam di Gunung Bromo. Upacara korban ini memohon agar masyarakat Tengger mendapatkan berkah dan diberi keselamatan oleh Yang Maha Kuasa.
















Sejak zaman Majapahit konon wilayah yang mereka huni adalah tempat suci, karena mereka dianggap abdi-abdi Kerajaan Majapahit. Sampai saat ini mereka masih menganut agama Hindu, setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara yadnya Kasada. Upacara ini berlokasi di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo. Dan setelah itu dilanjutkan ke puncak Gunung Bromo. Upacara dilakukan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama di bulan Kasodo menurut penanggalan jawa.
Pada malam ke-14 Bulan Kasada Masyarakat Tengger penganut Agama Hindu (Budha Mahayana menurut Parisada Hindu Jawa Timur) berbondong-bondong menuju puncak Gunung Bromo, dengan membawa ongkek yang berisi sesaji dari berbagai hasil pertanian, ternak dan sebagainya, lalu dilemparkan ke kawah Gunung Bromo sebagai sesaji kepada Dewa Bromo yang dipercayainya bersemayam di Gunung Bromo. Upacara korban ini memohon agar masyarakat Tengger mendapatkan berkah dan diberi keselamatan oleh Yang Maha Kuasa.