Jumat, 29 April 2011

melasthi : penyucian diri



hari Raya Nyepi bertujuan memohon kepada Tuhan Yang Maha esa, untuk menyucikan Buwana Alit *alam manusia* dan Buwana Agung *alam semesta*. Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan bagian dari rangkaian perayaan yang lebih besar.
Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "panglong ping 14 sasih kesanga", umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di perempatan jalan dan lingkungan rumah masing-masing, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis sesajen menurut kemampuannya. Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar). Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta Kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya.





Rangkaian Tawur Agung Kesanga diawali dengan upacara Nuwur Tirta atau pengambilan air suci di Candi Brahma, Syiwa dan Wisnu. Dua belas orang Banten pengusung Jempana (tempat sesaji) berjajar rapi di belakang pembawa umbul-umbul warna kuning dan putih dan didampingi dua orang yang mengusung payung warna kuning dan putih. Dibelakang pengusung sesaji berbaju putih itu ada pembawa umbul warna merah dan hitam. Diikuti 9 anak menghunus senjata nawa sanga berupa tombak dan 26 penari Rejang. Selanjutnya 10 orang mangku atau wasi yang berjalan di depan 2 gunungan berupa buah-buahan. Barisan paling belakang adalah penggamel atau barisan tetabuhan yang berjajar di depan pengusung Ogoh-ogoh.




Sekitar pukul 09.00 iring-iringan mulai berjalan menuju Candi Tri Murti. Di sana telah menunggu tiga orang wasi yang telah mendoakan air suci. Sekitar setengah jam berlalu, iring-iringan kembali lagi ke lokasi upacara dipimpin para wasi yang berjalan sambil membunyikan lonceng. Setelah semua perlengkapan upacara ditata, barulah dimulai ritual Mendak Tirta. Mendak Tirta dibuka dengan tari Rejang Dewa. Saat itu, ribuan umat Hindu asal Jawa Tengah dan DIJ mengikuti irama tetabuhan sambil mengumandangkan Kidung Dharma Gita

















Barulah dilanjutkan upacara Tawur Panca Kelud Saka 1931 yang diawali taritarian sacral pengiring Yadnya atau tari Purwa Bumi Kemulan. Dilanjutkan pemujaan korban suci kepada 9 mata angina sebagai symbol alam semesta. Ritual dilanjutkan Nganteb Caru oleh Sri Mpu dibantu 5 orang wasi. Saat itu semua umat Hindu terlihad hitmad dan tenang menyimak kidung Dharma Gita yang diucapkan oleh paguyuban Kidung Banguntapan, Bantul. Setelah itu ritual Bleganjur diteruskan tarian Ogoh-ogoh. Masing-masing Ogoh-ogoh diusung oleh belasan pemuda berusia remaja.







Tidak ada komentar: